Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak di desa Mandalangan dan dibangun pada tahun 1498 M oleh Wali Sanga atas prakarsa Sunan Gunung Jati. Pembangunannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga dengan arsitek Raden Sepat (dari Majapahit). Bersama dengan 200 orang pembantunya ( tukang ) yang berasal dari Demak. Mesjid ini dinamai Sang Cipta Rasa karena merupakan pengejawantahan dari rasa dan kepercayaan.
Sejarah Masjid Agung
Penduduk Cirebon pada masa itu menamai mesjid ini Mesjid Pakungwati karena dulu terletak dalam komplek Keraton Pakungwati. Sekarang mesjid ini terletak di depan komplek Keraton Kesepuhan.
Menurut cerita rakyat, pembangunan mesjid ini hanya dalam tempo satu malam, pada waktu subuh keesokan harinya telah dipergunakan untuk shalat Subuh. Nama Masjid Sang Cipta Rasa sendiri mempunyai Makna Filosofi Sang berarti Agung, Cipta berarti Bangunan sedang rasa berarti manfaat.
Sehingga arti kata Sang Cipta Rasa maksudnya berarti Bangunan yang memilki Manfaat Agung/besar yang dikaitkan dengan kegiatan syiar agama islam dan agama di tanah cirebon. Keunikan Masjid ini yaitu dengan diadakannya adzan Pitu (tujuh Muadzin) pada setiap sholat jum’at. Masjid Agung Sang Ciptarasa (sebutan sehari-harinya masjid agung) ini merupakan salah satu bagian dari kraton Kasepuhan. Masjid ini terletak di sebelah barat Alun-Alun Sangkalabuwana (Alun-Alun depan Keraton Kasepuhan). Luas arealnya sekitar 4.750 meter persegi.
Di dalamnya terdapat beberapa sakaguru yang berfungsi sebagai penopang struktur bagian atas. Yang lebih menarik lagi adalah saka tatal-nya, yaitu sebuah tihang penopang yang cukup kuat, walaupun hanya terbuat dari serpihan-serpihan kayu.
Adzan Pitu
Salah satu keunikan yang paling dikenal dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah azan pitu, atau adzan dengan tujuh nada. Ini adalah jenis adzan khusus yang hanya terdengar di Cirebon dan diyakini berasal dari masjid ini.
Adzan pitu adalah serangkaian tujuh panggilan untuk salat, masing-masing dengan nada yang berbeda, yang dimainkan dengan seperangkat alat musik gamelan tradisional Jawa.
Menurut legenda, azan pitu awalnya diciptakan oleh Sunan Gunung Jati, salah satu dari sembilan wali Islam di Jawa, yang konon mendapat ilham untuk menciptakan azan dengan tujuh nada. Beliau kemudian mengajarkan azan pitu kepada para pengikutnya, dan akhirnya menyebar ke masjid-masjid lain di wilayah tersebut.
Arsitektur Dan Gaya Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Selain adzan pitu, Masjid Agung Sang Cipta Rasa juga memiliki banyak keunikan lainnya. Gaya arsitektur masjid ini merupakan perpaduan antara pengaruh Islam dan Hindu, dengan ukiran dan dekorasi yang rumit.
Menara masjid ini juga unik, dengan dasar persegi dan bagian atas berbentuk silinder, diatapi atap tradisional Jawa. Selain itu, interior masjid ini juga sangat memukau, dengan kaligrafi Islam yang indah dan dekorasi yang menutupi dinding dan langit-langitnya.
Di samping itu, mimbar masjid ini juga sangat unik. Mimbar yang dinamakan Sang Rengga ini berbentuk seperti kursi dan memiliki tiga anak tangga yang menyatu dengan lantai. Di badan mimbar Sang Rengga juga terdapat banyak ornamen hiasan berupa motif bunga, salur-saluran, dan dedaunan.
Pada bagian luarnya, masjid ini juga memiliki halaman yang luas di mana pengunjung dapat duduk-duduk dan bersantai sambil menikmati pemandangan sekitar yang indah.
Secara keseluruhan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah masjid yang unik dan indah yang wajib dikunjungi oleh siapa pun yang berkunjung ke Cirebon. Perpaduan antara budaya Islam dan Jawa serta keunikannya seperti adzan pitu membuatnya menjadi tempat yang sangat istimewa yang tidak boleh dilewatkan.