Kereta Singa Barong Kasepuhan adalah kereta bersayap pada jama dahulu kala saat jaman kerajaan cirebon pada tahun 1549. Kereta singa barong ini berbentuk ada belalainya melambangkan persahabatan antara cirebon dengan negara india. Berkepala naga sebagai lambang persahabatan dengan Cina, serta bersayap dan berbadan Buroq yang melambangkan persahabatan dengan Mesir.
Sejarah Singkat
Kereta ini merupakan salah satu peninggalan bersejarah dan fenomenal milik Keraton Kasepuhan Cirebon. Dahulu, kereta tersebut digunakan saat kirab malam 1 Muharam dan pelantikan sultan. Kereta tersebut dibuat oleh Pangeran Losari pada abad ke 15 masehi. Bahkan, Kereta Singa Barong disebut-sebut memiliki teknologi canggih pada masanya.
Bahkan ada yang terpakai hingga kini dan sering diarak keliling Kota Cirebon dalam sebuah kirab budaya. Kereta Kasepuhan menjadi salah satu ikon budaya Cirebon yang menyimpan kebanggaan di balik pembuatannya. Asal nama Kereta Singa Barong berasal dari kata ‘Singarani’ yang artinya ‘memberi nama’ dan ‘Barong’ berarti ‘bebarengan atau bersama-sama’. Jadi, Singa Barong setidaknya berarti memberi nama sama-sama.
Namun di balik kesakralannya, kereta yang dibuat oleh salah satu keturunan Sunan Gunung Jati bernama Pangeran Angkawijaya atau Pangeran Losari itu, ternyata memiliki kecanggihan teknologi yang melampaui zaman. Salah satunya menggunakan sistem power steering pada abad ke-15.
“Kereta Singa Barong ini telah menjadi ikon dari Kota Cirebon dan Keraton Kasepuhan,” kata Aji, selaku pemandu di Museum Keraton Kasepuhan, beberapa waktu lalu.
Kereta Singa Barong Sudah Power Steering
Sebagaimana disebutkan, kereta ini konon dikategorikan sebagai kendaraan kerajaan terbaik dengan sistem suspensi yang sempurna, di masa itu. Terlihat dari ringannya kendali perputaran belok, mirip dengan konsep power steering yang ada di kendaraan modern era sekarang. Bahkan, keempat roda dibuat secara miring ke arah luar agar melindungi body saat menerjang genangan air. “Teknologi di Cirebon zaman dahulu sudah canggih sekali, karena zaman dahulu rodanya sudah bisa dibuat power steering, dan bisa berputar kurang lebih 90 derajat,” sebut Aji.
Kecanggihan lainnya adalah ketika kereta ini berjalan, di mana tiga unsur hewan seperti sayap burung, kepala naga dan belalai gajah di bagian kiri dan kanannya bisa bergerak mengikuti irama laju kereta.
Ketiga unsur tersebut juga memiliki arti. Seperti sayap burung yang melambangkan persahabatan antara Cirebon dengan Arab, kemudian kepala naga yang punya kaitan erat dengan bangsa Tionghoa dan terakhir belalai gajah sebagai simbol kerja sama dengan negara India yang beragama Hindu.
“Di bagian depan ada sebuah senjata bernama trisula, di mana itu merupakan penggabungan dari tiga unsur budaya yang ada di kereta Singa Barong. Tajam yang di maksud bukan objek untuk melukai, tetap ke pikiran lewat cipta, rasa dan karsa. Dan saat berjalan sayapnya turut mengepak, lidah naganya menjulur dan bodynya akan bergoyang. Ini yang disebut canggihnya arsitek di zaman dulu,” terangnya.