Keraton Kasepuhan cirebon merupakan situs bersejarah yang menjadi simbol kejayaan kerajaan di masa lampau. Yang menawarkan pengalaman yang mendalam bagi para pengunjung yang ingin memahami sejarah dan kekayaan budaya Indonesia.
Menyambut para wisatawan dengan megahnya bangunan istana yang khas, Keraton Kasepuhan menampilkan keunikan arsitektur Jawa yang memikat.
Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan salah satu destinasi wisata di Kota Cirebon. Keraton ini didirikan pada tahun 1430, ini menjadi tempat pelestarian budaya dan wisata di Cirebon. Dan berisi dua kompleks bangunan bersejarah yaitu Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada tahun 1430 oleh Pangeran Cakrabuana. Dan kompleks keraton Pakungwati (sekarang disebut keraton Kasepuhan) yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada tahun 1529 M.
Pangeran Cakrabuana bersemayam di Dalem Agung Pakungwati, Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama ‘Keraton Pakungwati. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua. Nama dia diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan
Pangeran Sri Mangana Cakrabuana, putra Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran Bogor, tercatat sebagai pendiri Keraton Pakungwati sekitar tahun 1480 M. Kedudukannya sebagai putra mahkota dan tumenggung di Cirebon tak membuatnya ragu untuk memisahkan diri dari Kerajaan Padjajaran.
Setelah Pangeran Cakrabuana mangkat, Sunan Gunung Djati naik tahta pada tahun 1483 M. Selain sebagai seorang pemimpin yang disegani, Sunan Gunung Djati juga dikenal sebagai seorang ulama terkemuka di Cirebon.Pada tahun 1568 M Sunan Gunung Djati wafat.
Kemudian, posisinya digantikan oleh cucunya, Pangeran Emas yang bergelar Panembahan Ratu. Pada masa Pangeran Emas inilah dibangun keraton baru di sebelah barat Dalem Agung yang diberi nama Keraton Pakungwati.
Sejak tahun 1697 M, Keraton Pakungwati lebih dikenal dengan nama Keraton Kasepuhan dan sultannya bergelar Sultan Sepuh Pada tahun 1988, untuk menjaga dan melindungi keaslian keraton, terutama koleksi benda-benda kuno peninggalan Kesultanan Cirebon, dua ruangan yang berada di bagian depan Keraton Kasepuhan dijadikan museum yang dapat dikunjungi oleh masyarakat luas.
Tata letak dan Arsitektur
Keraton Kasepuhan merupakan salah satu dari bangunan peninggalan kesultanan Cirebon yang masih terawat dengan baik. Seperti halnya keraton-keraton yang ada di wilayah Cirebon, bangunan keraton Kasepuhan menghadap ke arah utara .
Di depan keraton Kesepuhan terdapat alun-alun yang pada waktu zaman dahulu bernama alun-alun Sangkala Buana. Ini merupakan tempat latihan keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu adalah Saptonan. Dan juga sebagai titik pusat tata letak kompleks pemerintahan keraton. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan juga pentas perayaan kesultanan. Lalu juga sebagai tempat rakyat berdatangan ke alun-alun untuk memenuhi panggilan ataupun mendengarkan pengumuman dari Sultan.
Di sebelah barat Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Di sebelah timur alun-alun dahulunya adalah tempat perekonomian yaitu pasar. Sekarang adalah pasar kesepuhan yang sangat terkenal dengan pocinya.
Model bentuk keraton yang menghadap utara dengan bangunan Masjid di sebelah barat dan pasar di sebelah timur dan alun-alun. Ditengahnya merupakan model tata letak keraton pada masa itu terutama yang terletak di daerah pesisir. Bahkan sampai sekarang, model ini banyak diikuti oleh seluruh kabupaten/kota terutama di Jawa. Yaitu di depan gedung pemerintahan terdapat alun-alun dan di sebelah baratnya terdapat masjid. ( salah satu keraton di cirebon : keraton kanoman )