Home ยป Keraton Kacirebonan – Kesultanan Cirebon

Keraton Kacirebonan – Kesultanan Cirebon

Keraton Kacirebonan merupakan keraton paling kecil dan paling akhir dibangun di antara dua keraton pendahulunya. Wisata Cirebon Keraton Kacirebonan dibangun pada tanggal 1800, Keraton ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti Keris Wayang perlengkapan Perang, Gamelan dan lain-lain.

Berada di wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan, tepatnya 1 Km sebelah barat daya dari Kraton kasepuhan dan + 500 m sebelah selatan Keraton Kanoman. Keraton Kacerbonan sebenarnya merupakan sempalan atau pemekaran dari Kraton Kanoman.

Pemekaran tersebut terjadi setelah Sultan anom IV yakni PR Muhammad Khaerudin wafat, Putra Mahkota yang seharusnya menggantikan tahta diasingkan oleh Belanda ke Ambon karena dianggap sebagai pembangkang dan membrontak belanda.

Ketika kembali dari pengasingan tahta sudah diduduki oleh PR. Abu sholeh Imamuddin. Atas dasar kesepakatan keluarga, akhirnya PR Anom Madenda membangun Istana Kacerbonan, kemudian muncullah sultan Carbon I sebagai Sultan Kacerbonan pertama.

Sejarah Kesultanan Keraton Kacirebonan

keraton kacirebonan cirebonKesultanan Kacirebonan merupakan pecahan dari Kesultanan Kanoman yang berdiri pada tahun 1808. Dengan penguasa pertamanya adalah Sultan Carbon Amirul Mukminin atau Sultan Kacirebonan I Sultan Muhammad Chaeruddin bin Sultan Anom Chaeruddin.

Kesultanan Kanoman sendiri resmi berdiri pada tahun yang sama dengan berdirinya kesultanan Kasepuhan yaitu pada tahun 1679. Dengan pemimpin pertamanya yang bernama Sultan Anom I Sultan Badruddin Martawidjaja.

Dikatakan pada masa tersebut Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten terpaksa membagi kesultanan Cirebon menjadi dua kesultanan dan satu peguron. Dikarenakan untuk menghindari perpecahan keluarga kesultanan Cirebon karena adanya perbedaan pendapat dikalangan keluarga besar mengenai penerus kesultanan Cirebon. Pendapat keluarga besar terbelah dan mendukung ketiganya (Martawijaya, Kartawijaya dan Wangsakerta) untuk menjadi penguasa.

Maka Sultan Ageng Tirtayasa menobatkan ketiganya menjadi penguasa Cirebon di Banten pada tahun yang sama setelah mereka tiba di kesultanan Banten dari Mataram yaitu pada tahun 1677. Dua orang menjadi sultan dan memiliki wilayahnya masing-masing yaitu Pangeran Martawijaya dan Kartawijaya. Sementara satu orang yaitu Pangeran Wangsakerta menjadi Panembahan tanpa wilayah kekuasaan namun memegang kekuasaan atas kepustakaan kraton.

Dua tahun setelahnya yaitu pada tahun 1679, kesultanan-kesultanan di Cirebon melakukan klaim atas wilayah-wilayah di selatan yaitu Sumedang, Galuh dan Sukapura sebagai bagian dari wilayahnya kepada Belanda.